2 Puisi Ibu Panjang Yang Bikin Nangis

Diposting pada
puisi ibu panjang
Puisi Ibu panjang

Puisi ibu panjang yang terdiri dari bait dan kata-kata panjang ini sebagai pelengkap untuk puisi Ibu pendek sebelumnya yang memang termasuk puisi Ibu pendek, yang hanya terdiri dari beberapa bait saja.

Puisi Ibu panjang ini bisa kamu ambil untuk tugas membaca puisi Ibu di sekolah, jika memang Bapak/Ibu Guru kamu menugaskan kamu untuk membacakan puisi Ibu Panjang, yang memiliki jumlah bait lebih dari 4 atau 5 bait.

Untuk saat ini koleksinya hanya 2 dan semuanya merupakan puisi Ibu panjang yang bukan karangan Dino Joy akan tetapi merupakan puisi kiriman yang dikirimkan ke kami oleh para sobat Pujangga Maya beberapa tahun silam, yang juga sudah pernah ditayangkan di situs pujanggamaya.com.

2 Puisi Ibu Panjang Yang Bikin Nangis

Kamu bisa ambil puisi-puisi Ibu panjang ini secara bebas, asalkan tetap mencantumkan pengarang aslinya, dan jika untuk diterbitkan ulang di blog atau situs, maka kamu harus mencantumkan url alamat situs ini sebagai sumber aslinya.

Simak kedua puisi Ibu panjang berikut ini ya..

1. Titip Rindu Untuk Ayah & Bunda

  • Karya: Syfha Syafanha al-Fatunnisa

Dua orang yang jauh dari pandanganku saat ini.
dua orang yang selalu menasehatiku ketika aku lupa.
dua orang yang takkan pernah tergantikan bagiku.
dua orang yang selalu mengajariku saat aku tak mengerti, juga dua orang yang aku sayang lebih dari indah..

mereka orang tuaku..
meski kadang ia memarahiku, tapi aku mengerti mereka lakukan itu karena salahku juga yang sulit di atur,,

mereka orang pertama yang mengenalkan aku tantang dunia hinga saat ini.

dari sosok bunda aku belajar sabar, tabah & juga kuat,
sabar ketika mengahadapi seorang anak yang sulit di atur
tabah ketika ia berjuang demi sibuah hati
kuat ketika ia menasehati namun di abaikan, kan tetapi beliau cukup kuat menyembunyikan air mata di balik nasehat, seolah-olah ia tak merasa terluka padahal ia adalah orang pertama yang merasakan sakit saat kita terluka

dari sosok ayah aku belajar tentang ketenangan juga pengertian
tenang saat ada masalah serius & masih ada kata ”BIARKANLAH” tapi kata itu hanya untuk membuat kita merasa tenang, padahal kita takkan pernah tau apa yang akan ia lakukan & seorang ayah yang di anugerahkan pundak yang cukup kuat tuk menepis air mata
mengerti saat kita mengeluh & ia berkata ”TENANGLAH” tanpa kita sadari ia telah merencanakan hal yang tak terduga

mereka adalah dua raga satu jiwa yang menyatu & dua darah yang mengalir menjadi satu dalam tubuhku
tak heran,, ketika mereka khawatir, merasa cemas & amat terluka karena dalam ragaku ada cairan yang mengalir seolah-olah ia menghawatirkan bahwa ialah yang terluka

baginya kita adalah segalanya & jika mereka berada dalam dua pilihan : buah hati atau kekayaan, mereka akan memilih hidup sederhana tapi bersama buah hati dari pada hidup berkecukupan tanpa buah hati, bagi mereka kita adalah segalanya kehilangan kita baginya kehilangan separuh nyawanya.

tapi kita tak pernah sadari itu, kita takan pernah mau tau apa yang ia lakukan demi melihat senyum di bibir mungil buah hatinya, yang kita tau hanyalah kebahagiaan tanpa kita sadari iavterluka karena perilaku yang tak di inginkannya.

saat nasehat nya kita abaikan ia berfikir ia telah gagal mendidik kita tapi kita tak sadari itu.

Ayah, Bunda
maafkanlah jiwa yang egois selama ini tak pernah mendengarkan nesihatmu, maafkanlah jiwa yang selalu membuatmu terluka
maafkanlah jiwa yang tak pernah mengerti keadaanmu

Robby ampunilah dosa hamba-Mu juga dosa keduanya (orang tuaku)
sayangilah mereka seperti mereka juga menyayangi hamba, jagalah saat mereka terjaga hingga terlelap nanti seperti mereka yang menjagaku sepanjang malam saat hamba balita.

gadis kecilmu dulu yang saat ini merindukanmu..

2. Rindu Kasih Sayang

  • Karya: Widati

Spesial ditujukan untuk: Orang yang selama ini membesarkanku

Rintik-rintik hujan itu merasakan tetesan kesedihan yang amat mendalam
Tak bisa kuberkata lagi bibir ini membisu
Tapi, hati terus meronta-ronta merelakan tetesan kesedihan mengalir dipipi.
Debur ombak yang mendayu-dayu mengikuti arah angin, mengingatkanku tentang masa kecilku yang amat penuh dengan kenangan dan kerinduan.

Kasih sayang yang dulu setiap detik, menit, jam kau lanturkan dengan amat penuh kasih sayang kini sedikit demi sedikit telah pupus.
Kini hanya tinggal hayalan saja buatku, kini semua itu tak bisa kurasakan lagi.
Embun pagipun berdatangan menyambut hari pagi yang cerah, tetapi tak secerah hati dan kesenanganku.

Bangun, mandi, makan itulah kata singkat yang sampai sekarang masih aku pertanyakan.
Dimana kata-kata itu semua??? apakah hilang.??? apakah lupa.??? apakah sudah bosan mengingatkan itu buatku.???
Justru itulah hanya kata singkat itu yang aku inginkan.
Bukan harta kekayaan dan kemewahan, cuma kesederhanaan yang aku inginkan.

Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun telah berganti seiring dengan itu semuanya tak ada yang keluar dari mulut kalian.
Tiap malam hanya air matalah yang menemaniku saat kesalahan melilitku.
Dari kecil hingga saat ini 19 tahun kau besarkan kesalahan sekecil apapun kau selalu kau lempar padaku.

Sempat aku berfikir untuk pergi bahkan sering aku minta kepada Tuhan untuk menjemputku, untuk apa.??
Hanya ingin kalian tahu betapa sakitnya aku diperlakukan seperti itu.
Aku ingin tau betapa besar kasih sayang kalian padaku, saat aku pergi untuk selamanya.
Apakah kalian sedih kehilanganku atau justru senang sebab aku sudah pergi untuk selamanya.
Ya tuhan andai kubisa mengulang waktu, mengulang kebahagiaan abadi yang terukir bersama beliau dan masa-masa indah bersama orang yang aku sayang lagi seperti dulu.

Cukup panjang kan puisi Ibu panjang ini? dan jika dibandingkan dengan puisi pendek lainnya, memang akan membutuhkan durasi waktu yang lebih lama untuk membacanya.

Baca juga:

Puisi Ibu Tiri.

Puisi Anak Tiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *